BAB I
Pendahuluan
a.
Latar belakang
Sebuah bencana yang mengakibatkan
banyaknya korban dapat secara cepat menghabiskan sumberdaya dari komunitas
bahkan yang paling penting dapat merugikan baik secara moril maupun materiil.
Bencana yang datang secara tiba-tiba telah terbukti menjadi ujian terbesar atas kesiapan, rencana
da sumber daya dari suatu komunitas. Analisis dari tanggapan atas bencana yang
selanjutnya di seluruh dunia akhirnya mengidentifikasi tiga area kunci sebagai
titik penentu,yakni: kebutuhan untuk rencana yang lebih baik antara seluruh
personil yang terlibat dalam setiap tahap; kebutuhan untuk rencana yang lebih
baik untuk dipahami secara menyeluruh dan telah dipraktekkan oleh seluruh
personil; kebutuhan untuk masing-masing pemegang kepentingan utama untuk
mengetahui satu sama lain, kemampuan mereka dan kebutuhan yang diantisipasi
sebelum bencana terjadi. Tentara pasifik AS (USARPAC) telah ditugaskan oleh
komando pasifik (USPACOM) untuk mengadakan kegiatan peertukaran untuk
mempromosikan kemampuan dan untuk saling bertukar pengalaman dengan rekan di
luar negeri dengan tujuan untuk kegiatan pelatihan tanggap bencana/ bantuan
kemanusiaan regional yang dapat di antisipasi.
Misi dari dukungan pertahanan untuk
otoritas sipil / Defence Support to Civil Authorities (DSCA) dan bantuan kemanusiaan
tanggap bencana adalahprioritas besar bagi amerika serikat dimana sebagai suatu
bangsa adalah untuk mencari cara secara terus menerus untuk meningkatlkan
kemampuannya dalam menyediakan bantuan yang di perlukan. Wilayah pasifik telah
mengalami hamper semua jenis bencana alam yang mungkin terjadi, seperti
tsunami, angin topan, badai, putting beliung, gempa bumi, gunung meletus,
kecelakaan pesawat terbang, dan penyakit yang mewabah menjadikan wilyah pasifik
sebagai titik paling rentan terjadi bahaya. Untuk mengatasi kejadian tersebut,
dephan AS berupaya untuk mengumpulkan agensi guna meningkatkan pemahaman
kemampuan dan mencari cara untuk bekerjasama, berbagi sumber daya dan aset pada
waktu yang di butuhkan, diharapkan kedepan wilayah pasifik dengan kemampuan SDM
yang cukup besar mampu mengatasi kejadian apapun pada saat terjadi bencana yang
tidak di inginkan.
b.
Tujuan
DREE “ketahanan pasifik” Indonesia
adalah kegiatan tahunanatas ksiapan dan tanggap bencana antara Tentara Nasional
Indonesia dengan USARPAC. Acara ini memberikan kesempatan bagi tentara
Indonesia, USARPAC dan otoritas sipil untuk mempresentasikan praktik dan ilmu
yang di miliki, terhubung dalam dialog kolaboratif, rencana dan prosedur
latihan dan peningkatan kesiapan untuk menanggapi bencana. Dari sekian banyak
prosesi keiatan tersebut memiliki tujuan utama yakni:
·
Meningkatkan interoperabiltas operasional antara TNI
dan USARPAC disamping membangun hubungan pribadi yang baik terutama di bidang
penanggulangan bencana.
·
Meningkatkan kemampuan managemen bencana Inonesia
·
Meningkatkan kemampuan TNI dan pemerintah Indonesia
unuk mendukung acara regional (bantuan kemanusiaan dan tanggap bencana) dan
mengkoordinasikan operasi militer-sipil (CMO)
·
Meningkatkan kesadaran, kemampuan, da
interoperabilitas antara mitra regional untuk tanggapan bersama bantuan
kemanusiaan dan tanggap bencana.
c. Ruang lingkup
Laporan ini berisi kegiatan yang di
selengarakan oleh pemerintah AS melalui USARPAC yang bekerjasama dengan TNI dan
LPM yang memiliki basic yang sama yakni para pakar tanggap bencana yang
dilaksanakan di “Hotel Santika Malang” pada tanggal 21-24 mei 2012.
d. Pelaksanaan
kegiatan
ü Advon : 17-20 mei 2012
ü Dree : 21-24 mei 2012
ü Kembali : 25-26
mei 2012
BAB II
Agenda kegiatan
MONDAY, 21 MAY 2012 (Dress: Military = Class B, Civilian = Business Formal)
0800 – 0900
|
REGISTRATION
|
|
0900 - 0930
|
Opening
Ceremony
Comments by:
[Pangdivif-2
Kostrad], Republic of
Indonesia
Kristen F.
Bauer, Consul General - Surabaya, United States of America
|
|
0930 – 0945
|
Overview of
Pacific Resilience DREE Objectives
COL William Hollingsworth,
General Staff, G9 Chief, U.S. Army Pacific
|
|
0945 - 1000
|
GROUP PHOTO
|
|
1000 - 1015
|
BREAK
|
|
1015 – 1100
|
Keynote
Speaker
(Dr. Is.
Surono, Center for Vulcanology
and Geological Hazard Mitigation, Republic of Indonesia)
|
|
1100 – 1130
|
Indonesia: Emergency Response
Procedures
(Mr. Medi Herlianto,
Director for Disaster Preparedness, BNPB)
|
|
1130 - 1200
|
US Role
in Foreign Humanitarian Assistance
(Mr.
Harlan Hale, Regional Advisor, USAID Office of Foreign Disaster Assistance)
|
|
1200 – 1300
|
WORKING LUNCH
|
|
1300 - 1315
|
Incident
Command System Sessions
|
Incident Command System - USFS
|
1315 - 1330
|
Incident
Command System - FEMA
(Mr. Dennis McKeown, Planning Branch Chief, Response Division,
Federal Emergency Management Agency)
|
|
1330 – 1345
|
Incident Command System – BNPB
or BPBD
(Insert
Name Here)
|
|
1345 - 1430
|
Incident Command System Panel
Session
(Mr. Dennis McKeown, Mr. Michael Murphy, Insert Name Here)
|
|
1430 – 1445
|
BREAK
|
|
1445 – 1545
|
Ten Minute Mad
Sessions
(Mr. Nova
Ratnanto, Emergency Response Officer, UN-OCHA)
(Mr. Charles
Kumar, Civil-Military Relations Officer, WFP)
(MAJ
Killingsworth, USARPAC Contingency Command Post)
(Mr. Drew
Benziger, Emergency Manager, U.S. Army Corps of Engineers)
(CPT Tanner Fleck, Civil-Military Support
Element)
(LTC Joe
Laurel, Hawaii National Guard)
|
|
1545 – 1615
|
Work Group
Session Overview
(Mr. Justin
Pummell, Geographer, U.S. Army Corps of Engineers)
|
|
1615 - 1630
|
DAY 1 SUMMARY
|
|
1800 – 2000
|
ICEBREAKER SOCIAL
|
TUESDAY, 22 MAY 2012 (Dress: Military =
Class B, Civilian = Business Casual)
0900 - 0915
|
DAY 1 RECAP
& ADMINISTRATIVE ITEMS
|
||
0915 - 0930
|
Issue Presentation
#1 – Foreign Humanitarian Assistance Friction Points
Engineering
(MAJ Kenneth Frey,
USARPAC Contingency Command Post)
|
||
0930 - 1030
|
Work Group
Session #1 – Roundtable Discussion
|
||
1030 - 1045
|
BREAK
|
||
1045 – 1100
|
Issue
Presentation #2 – Foreign Humanitarian Assistance Friction Points
Movement
(COL
James Hess, USARPAC Contingency Command Post)
|
||
1100 - 1200
|
Work Group
Session #2 – Roundtable Discussion
|
||
1200 – 1300
|
WORKING LUNCH
|
||
1300 - 1325
|
Civ-Mil Capability
Crosswalk
|
TNI/BNPB/BPBD Capability Crosswalk
-
[SRC-PB / INDRRA]
(Aster Kasdivif-2 as INDRRA Commander)
|
|
1325 - 1350
|
FEMA/Hawaii
National Guard Capability Crosswalk - [National Response Framework]
(Mr.
Dennis McKeown [FEMA] and LTC Joe Laurel [Hawaii National Guard])
|
||
1350 – 1430
|
Civ-Mil Capability
Crosswalk Brainstorm Work Group Session
|
||
1430 - 1445
|
BREAK
|
||
1445 - 1630
|
Local Perspectives Session
Moderated
by [Insert Name Here]
(Community – Malang City)
(Community – Malang University)
(Regional – BPBD)
(Non-Governmental – PMI [Red Cross])
|
Site Visit
SRC-PB
Rapid Response Team Eastern Headquarters Office
(Abdul
Rahman Saleh Airbase, Malang, Indonesia)
|
|
WEDNESDAY, 23 MAY 2012 (Dress: Military =
Class B, Civilian = Business Casual)
0900 - 0915
|
DAY 2 RECAP
& ADMINISTRATIVE ITEMS
|
|
0915 - 0945
|
TNI
Emergency Response: Recent Lessons Learned
(Kasiopslat Lanud ABD, Tentara Nasional Indonesia)
|
USARPAC/TNI
Pacific Resilience DREE Way Ahead Meeting
|
0945 – 1015
|
US
Emergency Response: Recent Lessons Learned
(Mr. Drew
Benziger, Emergency Manager, U.S. Army Corps of Engineers)
|
|
1015 - 1045
|
BREAK
|
|
1045 - 1115
|
Video:
Understanding Volcanic Hazards
(U.S.
Geological Survey)
|
|
1115 - 1145
|
Video Discussion
Session
|
|
1145 - 1200
|
Practical Exercise
Overview
(Mr. Justin
Pummell, Geographer, U.S. Army Corps of Engineers)
|
|
1200 - 1300
|
WORKING LUNCH
|
|
1300 - 1315
|
Practical Exercise Delivery
(Insert
Name Here, Tentara Nasional Indonesia)
|
|
1315 – 1445
|
Practical Exercise:
Phase 1
|
|
1445 – 1515
|
BREAK
|
|
1515 - 1615
|
Practical Exercise:
Phase 1 Hot Wash Session
|
|
1615 - 1630
|
DAY 3 SUMMARY
|
THURSDAY, 24 MAY 2012 (Dress: Military = Class B, Civilian = Business Formal)
0900 - 0915
|
DAY 3 RECAP &
ADMINISTRATIVE ITEMS
|
0915 - 1045
|
Practical Exercise:
Phase 2
|
1045 - 1100
|
BREAK
|
1100 – 1200
|
Practical Exercise:
Phase 2 Hot Wash Session
|
1200 - 1300
|
WORKING LUNCH
|
1300 – 1330
|
PR DREE After Action
Preparation
|
1330 - 1430
|
PR DREE After Action Reporting
(Work Groups)
|
1430 – 1500
|
BREAK
|
1500 – 1515
|
Conference
Summary
(MAJ Matt
Marbella, Civil-Military Affairs Officer, U.S. Army Pacific)
|
1515 - 1615
|
Closing
Ceremony, Certificates, & Gift Exchange
Comments by:
(Pangdam V/BRW), Tentara Nasional Indonesia
MG
Darryll D.M. Wong, The Adjutant General, State of Hawaii, Department of Defense
|
BAB III
HASIL KEGIATAN
HARI
KE-1
09.00-09.30 acara
pembukaan
Mayjen TNI Ridwan,
panglima divisi 2 kostrad
Kristen F. Bauwer, konsulat AS, Surabaya Indonesia
09.30-09.45 tujuan
DREE
Col. William R. Hollingsworth, staff
general, G9 chief, U.S Army Pasifik
Latar Belakang PR DREE:
•
TNI dan USARPAC memiliki hubungan panjang dalam
penanganan dan kesiapsiagaan bencana.
•
“Pacific Resilience” Disaster Response Expert Exchange
(DREE) tahun 2012 adalah keterlibatan tahunan ke-5 antar kedua organisasi.
•
PR DREE memastikan kesiapan untuk melindungi dan
melayani masyarakat sipil apabila/pada saat bencana besar terjadi.
Konsep- Keseluruhan
•
PR DREE adalah inisiatif kesiapsiagaan dan tanggap
bencana tahunan antar militer antara TNI dan USARPAC.
•
Berfokus pada kesiapan regional untuk semua situasi
berbahaya.
•
Memberikan kerangka kerja bagi TNI, USARPAC dan
badan-badan sipil untuk memaparkan praktek-praktek terbaik, melakukan dialog
kolaboratif, melatih rencana dan prosedur dan meningkatkan kesiapan untuk
merespon.
•
PR DREE meliputi paparan, sesi pemecahan masalah,
latihan praktis dan terkadang latihan lapangan.
Konsep – 2012
•
PR DREE akan menekankan pada kesiapsiagaan dan
tanggapan regional untuk letusan gunung berapi skala besar.
•
PR DREE akan meliputi sesi-sesi mengenai Sistem
Komando Insiden (SKI), interoperabilitas sipil-militer, pembelajaran terbaru,
perspektif pemangku kepentingan ,dan operasi-operasi regional.
•
PR DREE akan menggunakan pakar-pakar dari organisasi
sepertiTNI, BNPB, USARPAC, USACE, FEMA, USFS, HING, UN-OCHA, dan WFP.
•
PR DREE akan mencatat kegiatan dan perkembangan yang
dilakukan melalui topik-topik dan personil-personil ini dan akan menggunakan
pelajaran-pelajaran tersebut untuk memperkuat prosedur, rencana
Sasaran- Keseluruhan
•
Meningkatkan interoperabilitas operasional antara TNI
dan USARPAC, dan juga membangun hubungan pribadi dan pendekatan kolaboratif
untuk penanganan bencana.
•
Memperkuat kemampuan penanganan bencana Indonesia
•
Meningkatkan kemampuan TNI dan Pemerintah Indonesia
untuk mendukung even-even regional (HA/DR) dan mengkoordinasikan Operasi
Militer Sipil (CMO)
•
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
interoperabilitas antara mitra-mitra untuk tanggap bencana gabunganHA/DR.
10.00-10.15 isirahat
(coffee break)
10.15-11.00 keynot
address
Dr. Is. Surono, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi,
Republic Indonesia
11.00-11.30 Prosedur
Tanggap Darurat Indonesia
Bpk. Medi Herlianto,
Direktur Kesiapan Bencana, BNPB, Republik Indonesia
MANAJEMEN BENCANA
Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007 tentang Manajemen Bencana
1.
Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 mengenai
penanganan manajemen bencana
2.
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2008 mengenai Pendanaan dan Pengelolaaan Bantuan
Bencana
3.
Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2008 mengenai peran
Badan Internasional dan LSM Internasional dalam manajemen bencana.
4.
Instruksi Presiden No.8 tahun 2008 mengenai Badan
Nasional Penanganan Bencana.
Dengan
hasil agar masyarakat dapat mengubah mainset:
•
Dari reaktif ke proaktif
•
Dari darurat ke pengurangan resiko
•
Dari respon pemerintah ke respon tri-sektoral
•
Dari nasional ke lokal
•
Dari berbasis proyek ke programatik
Bencana di bedakan menjadi 3 bagian
yakni:
•
Pra-bencana
•
Tanggap
bencana
•
Paska-pemulihan
Peran BNPB
•
Koordinasi = pencegahan mitigasi kesiapsiagaan = pra-bencana
•
Koordinasi komandan pengendali = tanggap bencana =
selama/tanggap bencana
•
Koordinasi = rehabilitasi & rekonstruksi = pasca
bencana - pemulihan
managemen
bencana
1. Pra Bencana:
a. Masih bukan merupakan prioritas pembangunan, tidak
dilihat sebagai investasi. Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
pengurangan resiko bencana masih sangat rendah.
b. Dilaksanakan oleh banyak pemangku kepentingan oleh
banyak pemangku kepentingan (37badan/lembaga). Anggaran tidak memadai dan
tersebar di masing-masing badan
2. Tanggap Darurat:
a.
Wilayah
Indonesia luas dan rawan bencana.
b.
Kemampuan
daerah untuk menangani bencana sangat terbatas.
c.
Asmsi bahwa
bencana merupakan tanggungjawab Pemerintah dan Negara (tersentralisasi)
d.
Komitmen
politik dan kepemimpinan daerah dalam tanggap darurat masih sangat rendah.
3. Pasca Bencana:
a. Menangani pemulihan dan rekonstruksi yang unik dan
spesifik dan anggaran yang terbatas
b. Setiap tahunnya kerusakan yang disebabkan bencana
cukup besar (terlepas dari kejanian-kejadian besar.)
c. Kemampuan untuk membangun kembali daerah masih sangat
rendah.
d. Sehingga tidak semua kerusakan bisa menjadi bencana
besar apabila rehabilitasi/rekonstruksi sesuai dengan yang direncanakan.
11.30-12.00 Prosedur
Tanggap Darurat AS
Mr.
Harlan Hale, Regional Advisor, USAID office of Foreign Disaster Assistance
(OFDA)
OFDA (USAID office of Foreign Disaster) bisa disebut
juga “Kantor Bantuan Bencana Luar Negeri” yang dibentuk pada tahun 1964 setelah
respon AS untuk gempa bumi di bekas Yugoslavia dan gunung meletus di Costa
Rica. USAID
Administrator ditunjuk oleh Presiden sebagai Koordinator Khusus untuk Bantuan
Bencana Internasional (IDA). USAID, melalui OFDA, memimpin respon Pemerintah untuk bencana alam dan
yang disebabkan manusia secara internasional.
Tugas dan Wewenang OFDA : MENYELAMATKAN NYAWA, MENGURANGI PENDERITAAN,
MENGURANGI DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI DARI BENCANA.
SEKILAS FAKTA OFDA– TA 2011
|
|
Jumlah
tanggap bencana OFDA
|
67
|
Jumlah
negara yang menerima bantuan bencana OFDA
|
54
|
Total
Anggaran OFDA
|
$925 juta
(4% dari anggaran USAID)
|
Bencana
yang paling sering
|
Banjir
|
Sektor yang
paling sering didanai
|
Air, Sanitasi dan Kebersihan
|
Kriteria
Tanggap Bencana yang dapat di bantu oleh OFDA:
·
Bencana di luar kemampuan negara yang terdampak untuk
menangani.
·
Negara yang terdampak meminta atau akan menerima
bantuan Pemerintah AS.
·
Tanggap bencana merupakan kepentingan Pemerintah AS.
Peran
Respon OFDA :
·
Koordinasi dan memimpin respon kemanusiaan pemerintah
AS
·
Mengidentifikasi kebutuhan dan menetapkan prioritas
bantuan pemerintah AS
·
Memberikan pendanaan melalui LSM, PBB dan mitra-mitra
lainnya untuk bantuan kemanusiaan
Opsi-opsi respon OFDA:
·
Memberikan Bantuan Teknis
·
Memberikan Bantuan Seketika $50,000
·
Mendanai LSM dan OI- termasuk PBB- untuk memberikan
bantuan
·
Menerjunkan Penasehat Regional, Tim Penilai, atau Tim
Tanggap Bantuan Bencana ( Disaster Assistance Response Team-DART)
·
Mengaktifkan Tim Manajemen Respon (Response Management
Team -RMT)
·
Menerjunkan Komoditas OFDA
Kemampuan Khusus OFDA :
·
Rekening Bantuan Bencana Internasional (IDA)
·
Pendanaan “No Year”
·
Kewenangan Terlepas Dari (Notwithstanding)
·
Kewenangan meminjam
·
Kemampuan mendadak
·
Persediaan komoditas di gudang regional
·
Jejaring tanggapan
Mitra
Tanggap Bencana : Pemerintah
setempat dan Masyarakat yang terdampak
Mekanisme
Pelaporan: Informasi Produk dan Layanan
·
Analisis dan interpretasi
·
Lembar fakta
·
Kabel
·
Informasi terkini mengenai bantuan kemanusiaan
Pemerintah AS
·
Ringkasan program dan sektor
·
Laporan ke Media
·
Pemetaan Resiko dan Bahaya
·
Peta Program
12.00-13.00 MAKAN SIANG
13.00-14.30 Sistem
Komando Insiden
Mr.
Rusty Witwer, Indonesia Country Officer, U.S Forest Service (USFS)
Insiden adalah : Suatu kejadian, yang disebabkan oleh manusia atau fenomena
alam, yang memerlukan tindakan untuk mencegah atau meminimalisir korban jiwa,
kerusakan barang milik atau lingkungan.
SKI (Sistem Komando Insiden) adalah :
· Komando insiden
dan konsep manajemen yang terstandarisasi di tempat, dan mencakup semua bahaya
· Digunakan untuk
semua insiden rutin dan juga bencana besar; diaktivasikan pada tanggapan
pertama
· Memungkinkan
pengguna untuk mengadopsi struktur organisasinal tanpa dihambat oleh batasan
badan/lembaga atau yurisdiksional
Sejarah SKI :
Pada tahoN 1970an SKI dikembangkan setelah kajian pasca
kejadian kebakaran hutan besar tahun 1970an– dimana Departemen Kehutanan AS
yang memimpin langsung. Pada tahun 1980 – 1990an, SKI Diadaptasi oleh
lembaga-lembaga lain di AS untuk digunakan dalam berbagai jenis insiden dan
juga oleh negara-negara lain dan pada tahun 2003 Secara nasional dimandatkan
untuk manajemen respon kepada semua bencana alam dan yang disebabkan manusia.
Manfaat SKI :
Memenuhi kebutuhan semua jenis dan skala insiden
Memungkinkan personel dari berbagai lembaga untuk bergabung dengan jepat
menjadi satu struktur manajemen yang sama
Menyediakan proses akuntabilitas dan perencanaan
Menyediakan dukungan logistik dan administratif bagi staff operasional
Efektif dari segi biaya karena menghindarkan duplikasi upaya
Insiden-Insiden yang Ditangani dengan
SKI :
· Bencana alam-
tornado, banjir, gempa bumi, kebakaran hutan
· KLB/wabah
penyakit manusia dan hewan
· Misi Pencarian
dan Penyelematan (SAR)
· Insiden Bahan
Berbahaya dan Beracun
· Insiden
Terorisme
· Operasi
Pemulihan
· Distribusi
bantuan kemanusiaan
· Acara-acara yang
direncanakan seperti parade/pawai, pertandingan olah raga, konferensi, konser,
etc.
Pembagian tugas
masing-masing bagian dalam struktur organisasi SKI :
Komando: Keseluruhan tanggungjawab atas insiden. Menetapkan
sasaran-sasaran.
Keuangan/Admin: Memantau biaya insiden dan memberikan panduan fiskal. Melakukan pengadaan yang diperlukan
Operational:
Mengembagkan organisasi taktis dan mengarahkan semua sumber daya untuk
menjalankan Rencana Aksi Insiden
Perencanaan
Mengembangkan Rencana Aksi Insiden untuk mencapai sasaran, Membuat dan
memperbaharui status sumberdaya dan situasi
Logistik:
Menyediakan sumber daya dan semua layanan lain yang dibutuhkan untuk
mendukung penanganan insiden incident
Beberapa insiden yang pernah di
tangani oleh SKI:
1970an-1980an –
Kebakaran Hutan
1980an
– Badai
1989 – Tumpahan Minyak Tanker
Exxon Valdez
1993 – Gempa Bumi Northridge
1995
– Pengboman di kota Oklahoma City
1999
– Kerusuhan WTC - Seattle
2001 – Serangan terhadap
WTC/Pentagon
14.30-14.45 istirahat
14.45-15.45 mad session
10 menit
(Mr. Nova Ratnanto, Emergency Response Officer, UN-OCHA)
(Mr. Charles Kumar, Civil-Military Relations Officer, WFP)
(MAJ Killingsworth, USARPAC Contingency Command Post)
(Mr. Drew Benziger, Emergency Manager, U.S. Army Corps of Engineers)
(CPT Tanner Fleck, Civil-Military Support Element)
(LTC Joe Laurel, Hawaii National Guard)
15.45-16.15 Tinjauan sesi kerja kelompok untuk
kegiatan hari selanjutnya
Mr. Justin Pummell, Geographer, U.S Army Corps of
Engeneers
16.15-16.30 Ringkasan
hari pertama
18.00-20.00 Icebreaker
social (ramah tamah)
Hari ke-2
09.15-09.30 pokok
persoalan presentasi #1-
Titik friksi bantuan kemaanusiaan luar negeri
(keahlian teknis)
Major Kenneth Frey, USARPAC contingency command post
09.30-10.30 work group
sesi pertama – diskusi kelompok dan presentasi
SITUASI: Negara pulau Shark dilanda tsunami
besar.
•
15% jalan utama rusak dan/atau tertimbun puing
•
8 jembatan hancur
•
Pelabuhan rusak
•
Pembangkit Listrik Tenaga Minyak utama tidak dapat
beroperasi; tergenang air laut
•
Sistem pompa air dan air limbah rusak akiba
tpuing-puing; juga tidak dapat digunakan sampai dengan listrik pulih
•
Kerusakan struktural gedung-gedung di kawasan bisnis
Turtle
•
Rumah sakit utama hancur
•
Bandara di kota tertimbun puing, termasuk 3 pesawat
besar, bandara militer tidak rusak dan digunakan oleh lembaga-lembaga pemberi
bantuan
Tawaran bantuan (opsi-opsi):
•
Angkatan Udara Australia dapat menerbangkan pasokan,
tetapi memerlukan detail pangkalan militer untuk mengetahui keterbatasan
pesawat
•
Perancis dapat menyumbangkan 2 Jembatan Bailey surplus
dari stok era 1950an yang akan memerlukan perbaikan dalam waktu satu tahun
•
AL AS dapat menyediakan peralatan berat konstruksi
untuk membersihkan puing-puing; memerlukan 450 pasukan milter untuk 6 minggu
•
AL AS ingin memperbaiki pelabuhan untuk memungkinkan
lebih banyak lagi bantuan untuk pulau ini; memerlukan 150 personil militer AS
•
Cina menyumbangkan 2000 tentara untuk pekerjaan umum
•
Jepang dapat mengirimkan tim penilai struktur;
bersedia untuk bekerja dengan Kementerian Perumahan untuk memperbaiki UU
Konstruksi agar sesuai dengan standar Jepang
•
Miyamoto (LSM) ingin membantu pembangunan kembali jembatan;
diperkirakan butuh 8 bulan untuk membangun kembali
•
Appropriate Infrastructure Development Group (AIDG) ingin menyedian bantuak teknis
untuk rekonstruksi pelabuhan
•
Domes for the World (Yayasan) dapat memberikan 100 kubah untuk kawasan bisnis
dan/atau rumah sakit
Titik pergesekan:
•
Tidak melibatkan insinyur negara tuan rumah dalam
pengembangan solusi
•
Memasang teknologi lalu kemudian membongkarnya pada
saat keluar dari negara
•
Memberlakukan standar yang berbeda bagi negara tuan
rumah
•
Melakukan perbaikan melebihi dari standar yang ada
sebelumnya
–
Teknologi tidak dapat dipertahankan oleh negara tuan
rumah (biaya atau teknis)
•
Akses dan pertukaran informasi sensitif
–
Rencana bandara dan gedung.
•
Keterbatasan dalam sumberdaya dukungan yang dapat
diterima
–
Larangan militer untuk masuk ke negara
•
Ketersediaan peralatan konstruksi
•
Koordinasi antar militer tidak sinkron dengan
keputusan kluster
•
Menawarkan kapabilitas yang tidak diperlukan untuk
permasalahan tersebut
Pertanyaan diskusi kelompok:
BAGAIMANA CARA MENGEVALUASI SOLUSI
PERTEKNIKAN UNTUK MENCAPAI TINDAKAN-TINDAKAN TERBAIK?
Penyelesaian kelompok 1:
1. Kirim 1 tim
pengkaji cepat yang akan mengevaluasi tempat lokasi bencana
2. Konfirmasi ke
pangkalan TNI pusat tentang jenis pesawat apa yang bisa masuk, berapa kali
penerbangan, kondisi setempat, kebutuhan-kebutuhan vital, kondisi terkini, dan
dimana titik koordinat yang bisa di tempuh lewat udara.
3. Untuk sementara
manfaatkan SDM setempat semampunya sambil menunggu bantuan dating.
Bantuan yang di ambil:
•
Angkatan Udara Australia dapat menerbangkan pasokan,
tetapi memerlukan detail pangkalan militer untuk mengetahui keterbatasan
pesawat
•
Australia air force, Domes for the World (Yayasan)
dapat memberikan 100 kubah untuk kawasan bisnis dan/atau rumah sakit
•
Miyamoto (LSM) ingin membantu pembangunan kembali jembatan;
diperkirakan butuh 8 bulan untuk membangun kembali
•
Appropriate Infrastructure Development Group (AIDG) ingin menyedian bantuak teknis
untuk rekonstruksi pelabuhan.
10.30-10.45 istirahat
coffee break
10.45-11.00 permasalahan
presentasi #2-
Titik friksi
bantuan kemaanusiaan luar negeri pergerakan
CW2 Jules, USARPAC Contingency Command Post
Situasi :
“Badai Siklon Nargis yang sangat parah” Siklon Kategori 4
Terbentuk pada, 01 Mei 2008; Tiba di Burma, 02 Mei (Delta Sungai
Irrawaddy Ke Ragoon)
Anging terbesar, 135 mph (bertahan)
Kerusakan, US$10 Milyar
Berkurang, 03 Mei
90.000 Korban Jiwa; 58.000 hilang
Siklon yang paling mematikan di Basin Samudra Hindia Utara
Kerusakan yang dialami: air asin menggenangi sawah dan lading yang
mengakibatkan gagal panen, banyak rumah yang rusak, banyak ternak yang mati
sehingga masyarakat merugi.
Respon peduli dari JTF:
Pemerintah setempat membatasi akses ke negara tersebut: harus
datang dengan udara dan hanya ke Rangoon
Pergerakan yang diberikan untuk bantuan kemuanusiaan asing dari Thailand ke
Myanmar :
10 hari pertama: 100%
14 hari berikutnya: 99-51% (air bridge WFP dibuka)
22 hari berikutnya: 50% dan kurang (Dephan AS tidak diperlukan unneeded)
Total dalam Ton = 1.664,298 (berat komoditas minus berat palet)
Penerbangan yang dilakukan (semua C-130):
186
Logistic dan peralatan sementara yang
dibutuhkan:
Daftar awal USAID (11 Mei): “air,
wadah air, terpal, kelambu nyamuk, selimut, perahu”
Daftar USAID yang dimodifikasi (18 Mei):
“apapun yang tidak membahayakan siapapun”
Barang-barang yang kita beli:
Mengapa?
Terjangkau, Tersedia, Permintaan
Pertimbangan:
Komoditas yang diperlukan > kiriman
Kemampuan distribusi di dalam negara
Kemampuan teknis: operasional, bertahan
Melengkapi efek ke upaya bantuan pihak ketiga (LSM, Lembaga pemerintahan
lainnya)
Apakah anda membutuhkannya sekarang?
Apakah anda akan membutuhkannya nanti?
Pertanyaan
:
APA YANG AKAN ANDA
KIRIM?
•
Mengingat:
–
Ketersediaan stok (US$18juta pengadaan lokal)
–
Intelijen dasar mengenai situasi area bencana
–
Sampai dengan 7 pesawat C-130 aircraft per hari
•
Bantuan darurat apa yang anda kirimkan:
–
Pada 10 hari pertama?
–
14 hari berikutnya?
–
21 hari berikutnya?
•
Informasi lain apa yang perlu anda ketahui?
11.00-12.00 presentasi
hasil diskusi kerja kelompok
Hasil diskusi
kelompok 1 bahwa dalam kejadian tersebut membutuhkan bantuan yang cukup besar
dan akses yang tidak mudah, sehingga dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Pada 10 hari pertama: kirimkan air, makanan, dan
sanitasi, pperlengkapan penolongan pertama, (medical packages), shelter (tenda
darurat), security issue, perlengkapan elektronik (genset) untuk power
tenaga.
Pada 14 hari selanjutnya : kirimkan heavy equipment, bahan
bakar, SAR equipment, alat transportasi, peningkatan shelter.
Pada 21 hari berikutnya: kirimkan fasilitas yang lebih
memadai dan lebih lengkap, disaster victims identification (identifikasi
mayat), peralatan untuk pra bencana seperti alat berat dan alat rekonstruksi.
Butuh informasi tentang keadaan
terkini tempat bencana.
12.00-13.00 Istirahat
makan siang
13.00-14.30 presentasi
dari TNI/BNPB/BPBD [SRC-PB/INDRRA]
Presentasi
Dari Fema/Hawai National Guard Capability Cross Walk - [National Response
Framework]
Presentasi
Dari Sipil-Militer Dalam Sesi Group
14.30-14.45 ISTIRAHAT
14.45-16.30 perspektif
lokal dimoderasi oleh major nevin field USARPAC
Kunjungan
situs SRC-PB Rapid response team eastern headquarters office abd.saleh airbase,
malang Indonesia
Hari ke-3
09.00-09.15 rekap hari
ke-2 dan hal-hal admiistratif
09.15-09.45 Tanggap
darurat TNI (pelajaran yang di dapat baru-baru ini)
(Letnan
PNB Hermawan, kasiopslat, head of operations and exercise section abd. Rahman
saleh air force base)
09.45-10.15 istirahat
coffee break
10.45-11.15 video :
mengurangi resiko vulkanik (UNESCO)
11.15-11.45 Sesi
Diskusi Video
11.45-12.00 Tinjauan
Pelatihan Praktis
Mr.
justin pummel, geographer, U.S Army Pasifik Corps of Engineers
12.00-13.00 Makan siang
13.00-13.15 penyampaina
pelatihan praktis
Letkol
penerbang hermawan, tentara nasional Indonesia
13.15-14.45 pelatihan
praktis tahap 1
14.45-15.15 istirahat
15.15-16.15 pelatihan
praktis tahap 1, hotwash session
16.15-16.30 ringkasan
hari ke-3
Hari ke-4
09.00-09.15 rekap
hari ke-3 dan hal-hal administrative
09.15-10.45 pelatihan
praktis tahap 2
10.45-11.00 istirahat
coffee break
11.00-12.00 pelatihan
praktis tahap 2, hotwash session
12.00-13.00 makan
siang
13.00-13.30 PR
DREE Persiapan pasca tindakan (after action preparation)
13.30-14.30 PR
DREE laporan pasca tindakan (after acting reporting)
14.30-15.00 istirahat
15.00-15.15 ringkasan konferensi
Major matt Marbella, civil-military affairs officer,
U.S army pacific
15.15-16.15 acara penutupan , sertifikat dan
pertukaran cindera mata
Sambutan oleh: mayjen TNI Murdjito, Pangdam V/BRW
MG Darryll D.M Wong, The adjutant general, state of
hawai, department of defence
Lampiran-lampiran
Hari ke 1-4 :
Penutup
Demikian laporan pertanggung jawaban
kegiatan “pertukaran pakar tanggap
bencana Indonesia” atau disaster response expert exchange (DREE) yang di
lakukan selama 4 hari di hotel santika malang, saya selaku peserta mengucapkan
termakasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk. Rektor ITN Malang juga bpk. WR.III
yang telah mendelegasikan peerwakilan dari mahasiswa, dan tidak lupa kepada
pihak USARPAC, dan mayor Fauzi yang
telah membimbing kami selama kegiatan DREE ini dan juga kepada ketua umum KSR
PMI Unit ITN Malang dan Co.dikten yang telah memilih saya sebagai peserta
pelatihan DREE. Semoga dengan kegiatan ini ilmu yang saya dapat sewaktu diklat
dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan bagi orang lain pada umumnya.
terimakasih